Monday 17 February 2014

Iblis Tidak Mau Sujud Ke Makam Nabi Adam as

Keterangan diambil dari kitab “Ithaf as-Sadat al-Muttaqin, karya Sayyid Muhammad al-Husaini al-Zubaidi, jilid 7 halaman 285, cetakan “Darul Fikr”, Beirut, Libanon

Pada suatu hari Iblis menjumpai Nabi Musa AS. Kemudian, dia berkata: Hai Musa ! Engkau adalah makhluk yang dipilih Allah menjadi Rasul dan diajak dialog oleh-Nya. Sedangkan, aku adalah makhluk yang diciptakan Allah yang selalu berbuat dosa.dan maksiat. Aku ingin sekali bertaubat kepada-Nya. Olehkarena itu, tolonglah aku supaya taubat aku diterima oleh-Nya ! Jawab Nabi Musa: Baiklah kalau begitu aku akan usahakan. Kemudian, Nabi Musa berdo’a kepada Allah supaya Allah mau menerima taubat Iblis. Lalu Allah memberi wahyu kepada Nabi Musa dan berkata: Hai Musa ! Sungguh aku kabulkan hajatmu (diterima taubatnya Iblis oleh Allah) asalkan dia (Iblis) mau sujud ke makam Adam hingga aku terima taubatnya. Kamudian, Nabi Musa menemui Iblis dan berkata: Sesungguhnya aku diperintah Allah supaya engkau sujud ke makam Adam hingga diterima taubat engkau oleh-Nya. Mendengar itu, langsung Iblis murka dan takabbur. Kata Iblis: Aku yang hidup tidak akan pernah sudi sujud kepadanya. Masa aku harus sujud kepada orang yang sudah mati.

Hukum Maulid Nabi Muhammad saw

Keterangan dari kitab "An'Ni'matul Kubra" karya Imam Ibnu Hajar al-Haitami (909-974 H. / 1503-1566 M.), halaman 7, cetakan "Maktabah al-Haqiqat" Istambul Turki

Kata Imam Jalaluddin as-Suyuthi (849-911 H. / 1445-1505 M.):

مامن بيت أو مسجد أو محلة قرئ فيه مولد النبي صلى الله عليه وسلم إلا حفت الملائكة ذلك البيت أو المسجد أو المحلة وصلت الملائكة على أهل ذلك المكان وعمهم الله تعالى بالرحمة والرضوان.
وأما المطوفون بالنور يعنى جبريل و ميكائيل و اسرافيل و عزرائيل عليهم الصلاة و السلام فانهم يصلون على من كان سببا لقراءة النبي صلى الله عليه و سلم. و قال أيضا: ما من مسلم قرأ فى بيته مولد النبي صلى الله عليه و سلم الا رفع الله سبحانه و تعالى القحط والوباء والحرق والغرق والأفات والبليات والبغض والحسد وعين السوء واللصوص من أهل ذلك البيت فاذا مات هون الله عليه جواب منكر ونكير ويكون فى مقعد صدق عند مليك مقتدر. فمن أراد تعظيم مولد النبي صلى الله عليه وسلم يكفيه هذا القدر. ومن لم يكن عنده تعظيم مولد النبي صلى الله عليه وسلم لو ملأت له الدنيا فى مدحه لم يحرك قلبه فى المحبة له صلى الله عليه وسلم.

“Tidak ada rumah atau masjid atau tempat yg di dalamnya dibacakan maulid Nabi SAW melainkan malaikat akan mengelilingi rumah atau masjid atau tempat itu, mereka akan memintakan ampunan untuk penghuni tempat itu, dan Allah akan melimpahkan rahmat dan keridhaan-Nya kepada mereka.”

Adapun para malaikat yang dikelilingi dengan cahaya adalah malaikat Jibril, Mika’il, Israfil, dan Izra’il as. Karena, sesungguhnya mereka memintakan ampunan kepada Allah swt untuk mereka yang menjadi sebab dibacakannya pembacaan maulid Nabi saw. Dan, dia berkata pula: Tidak ada seorang muslimpun yang dibacakan di dalam rumahnya pembacaan maulid Nabi saw melainkan Allah swt menghilangkan kelaparan, wabah penyakit, kebakaran, tenggelam, bencana, malapetaka, kebencian, hasud, keburukan makhluk, dan pencuri dari penghuni rumah itu. Dan, apabila ia meninggal, maka Allah akan memudahkan jawabannya dari pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir dan dia akan berada di tempat duduknya yang benar di sisi penguasa yang berkuasa. Dan, barangsiapa ingin mengagungkan maulid Nabi saw, maka Allah akan mencukupkan derajat ini kepadanya. Dan, barangsiapa di sisinya tidak ada pengagungan terhadap maulid Nabi saw, seandainya penuh baginya dunia di dalam memuji kepadanya, maka Allah tidak akan menggerakkan hatinya di dalam kecintaannya terhadap Nabi saw.”

Hukum Peringatan Haul


Keterangan dari kitab “Syarhush Shudur bi Syarhil Mawta wal Qubur” karya Al-Hafizh Al-Muhaddits Al-Imam Jalaluddin As-Suyuthi (849-911 H. / 1445-1505 M.), halaman 187, cetakan “Darul Fikr”, Beirut, Libanon

Peringatan haul ialah suatu peringatan yang diadakan setahun sekali bertepatan dengan wafatnya seseorang yang ditokohkan oleh masyarakat, baik ulama maupun tokoh tokoh Islam lainnya.
Peringatan haul ini merupakan tradisi ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah karena di dalamnya mengandung tujuan yang baik dan penting yaitu mengenang jasa dan hasil perjuangan para tokoh agama. tanah air, bangsa dan negara untuk kemashlahatan dan kemajuan agama Allah, seperti peringatan haul Wali Songo, para haba'ib dan ulama besar lainnya, dengan tujuan untuk dijadikan sebagai suri tauladan oleh generasi penerus.

Mengobati Hati Yang Keras


Keterangan dari kitab "Mukhtashar Tadzkirah al-Qurthubi" halaman 5, karya Wali Quthub Syeikh Abdul Wahab asy-Sya'rani, cetakan "Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah", Surabaya - Indonesia

Cara mengobati orang yang berhati keras supaya hatinya menjadi lunak, sebagai berikut:

1. Ziarah kubur ke makam-makam kaum muslimin, terutama ke makam-makam para Nabi, Waliyullah, dan orang-orang yang shaleh,

2. Menghadiri majelis pengajian (secara face to face) ulama, dan orang-orang yang shaleh,

3. Mendengarkan kisah-kisah para ahli ibadah dan ahli zuhud di masa lalu,

4. Mengingat mati, yang dapat menimbulkan sebagai pemutus dari segala bentuk kelezatan duniawi, pemisah
dari orang-orang yang suka hidup bermewah-mewahan, dan penyebab anak-anak menjadi yatim, yang tadinya hidup mereka mulia dengan kedua orangtua mereka,

5. Menyaksikan orang yang sedang menghadapi sakaratul maut.

Hukum Dan Fungsi Ziarah Kubur


Hukum ziarah kubur termasuk sunnah Nabi saw dan mempunyai beberapa fungsi, sebagaimana diterangkan di dalam kitab " فيض القدير شرح الجامع الصغير من أحاديث البشير النذير " (Faidul Qadir Syarhul Jami'ish Shagir min Ahaditsil Basyirin Nadzir) karya Syeikh Muhammad Abdur Ra'uf Al-Munawi jilid 4 halaman 67, cetakan Dar el-Fikar dalam menjelaskan maksud hadits: زوروا القبور فانها تذكركم لأخرة (Barziarahlah kalian ke makam-makam !. Karena, ziarah itu dapat mengingatkan kalian ke akherat: HR Abu Hurairah), yang artinya sebagai berikut:

1. Dapat mengingat mati.
2. Dapat mencegah dari perbuatan-perbuatan maksiat.
3. Dapat melemaskan hati seseorang yang mempunyai hati yang keras.
4. Dapat menghilangkan kegembiraan dunia (sehingga lupa akan kehidupan akherat).
5. Dapat meringankan musibah (bencana).
6. Dapat menolak kotoran hati.
7. Dapat mengukuhkan hati, sehingga tidak terpengaruh dari ajakan-ajakan yang dapat menimbulkan dosa.
8. Dapat merasakan bagaimana keadaan seseorang itu ketika akan menghadapi ajalnya (sakaratul maut).

Wednesday 1 January 2014

Dakwah Dengan Hati Bukan Dengan Benci


“Resume Kopdar Sarkub & Muker (Musyawarah Kerja) Aswaja Nasional di PP. Al-Husna Kota Tangerang Banten”

1. Sambutan Pengasuh

Catatan kecil dari Romo KH. Thobary Syadzily, bahwa Thariqat Sarkubiyah (SARKUB) telah menjadi sorotan hingga Amerika. Diharapkan ke depannya Sarkub bukan hanya aktif kopdar melainkan aksi nyata.

2. Hakikat Dakwah Salafi-Wahabi-HTI

Testimoni pertama: Ustadz Dr. Azas, memaparkan tentang pengalamannya dalam kancah dakwah Salafi-Wahabi. Beliau adalah mantan aktifis Salafi-Wahabi dan salah satu tokoh yang membesarkan HTI di Indonesia bersama tokoh panutannya dulu, Ja'far Umar Thalib.

Hingga bertahun-tahun lamanya mengikuti ritme gerakan dakwah mereka, Dr. Azas merasakan kekeringan yang sangat. Dakwah Islamiyyah sejuk yang diharapkannya ternyata hanya kebencian sesama Muslim yang didapat. Maka ia putuskan untuk keluar dari Salafi dan HTI, hingga akhirnya kembali ke pangkuan akidah orangtuanya yang nahdliyin dan sekarang turut berjuang mengibarkan bendera Aswaja (Sarkub) berdakwah dengan kesejukan.

Gini lho ya... Dakwah Salafi-Wahabi itu intinya berdakwah menebar kebencian. Di manapun ada Salafi-Wahabi maka hanya akan memecah-belah ummat. Dengan berdalih memurnikan akidah Islam, mereka lantang meneriakkan bid'ah, sesat, musyrik, takhayyul dan kafir.

Yang dikhawatirkan dari mereka bukanlah dari anggapannya bahwa Allah ada di atas, Allah bersemayam di atas Arsy, mengatakan bid'ah amalan kita, namun yang paling inti kekhawatiran kita dari dakwah mereka adalah memecah belah persatuan ummat.

Maka dari Aswaja, sebagai golongan mayoritas yang menjadi ladang dakwah (serangan) Salafi-Wahabi, seyogyanya tidak turut mengikuti sifat "Benci"nya. Tunjukkan kepada dunia bahwa Aswaja mampu berdakwah dengan santun, sejuk dan damai. Satu-satunya jalan menghadapi dakwah Salafi-Wahabi adalah dengan tindakan nyata.

3. Jurus Jitu Ketika Berhadapan Dengan Salafi-Wahabi

Testimoni keduaa: Syaikh Idahram yang memberikan paparan di hadapan peserta Kopdar Sarkub dan Musker Aswaja Nasional di Ponpes al-Husna Tangerang Banten. Beliau termasuk salah satu diantara 4 tokoh yang murtad dari ajaran/akidah Salafi-Wahabi yang hadir dalam acara tersebut. Syaikh Idahram adalah mantan aktifis PKS (Ikhwanul Muslimin) cabang Kairo.

Kalau Dr. Azas mengaku tidak bisa tidur tatkala pergolakan batinnya memuncak, sebuah proses keluarnya beliau dari akidah Salafi-Wahabi dan kembali ke ajaran Aswaja nahdliyin. Maka tak beda jauh dengan apa yang juga dirasakan oleh Syaikh Idahram yang akhirnya menghantarkan beliau ke jalan dakwah yang sejuk dan damai, Aswaja sebagai dermaga terakhirnya insya Allah.

Dalam kitab-kitab Salafi-Wahabi yang membahas perihal bid'ah, sebenarnya tidak ada satu pun yang menyingkap makna hakikat bid'ah itu sendiri. Akhirnya mereka justru terkungkung sendiri dalam definisi bid'ahnya yang sempit. Mereka akan terjerat oleh dirinya sendiri sebagai ahli bid'ah, mau atau tidak mau.

Mereka akan berkilah bahwa bid'ah yang mereka lakukan hanyalah bid'ah duniawiyyah, bukan bid'ah yang bersifat ibadah. Ini disebabkan pembagian bid'ah yang menurut mereka menjadi dua bagian, bid'ah duniawiy dan bid'ah ukhrawiy. Sebuah pembagian bid'ah yang tak pernah dilakukan oleh satu ulama salaf pun, apalagi Rasulullah Saw. dan para sahabatnya.

Sehingga tatkala kita menghadapi Salafi-Wahabi, ada beberapa jurus mematikan, mematahkan argumen yang mereka buat sendiri dengan pertanyaan diantaranya sebagai berikut:

“Beranikah kita menganggap kafir sahabat Umar bin Khathab Ra. sebab perbuatan bid'ahnya dalam shalat Tarawih?”

“Beranikah kita menganggap diri kita sendiri sebagai kafir sebab perbuatan bid'ah kita membaca al-Quran yang bertitik dan berharakat?”

“Imam Bukhari untuk menulis hadits, beliau shalat sunnah sebanyak 15.000 rakaat, suatu hal yang belum pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Beranikah kita mengkafirkan Imam Bukhari?”

Ada beberapa jurus skak mati lainnya yang disebutkan oleh Syaikh Idahram. Namun saya cukupkan dengan 3 contoh di atas. Selanjutnya bisa Anda saksikan sendiri di video yang akan diupload oleh tim dokumentasi Sarkub dan atau Aswajatv. Insya Allah.

Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 30 Desember 2013

Sumber Berita & Koleksi Foto Klik Disini

http://pustakamuhibbin.blogspot.com/2013/12/kopdar-sarkub-dan-musker-aswaja_29.html
http://www.muslimedianews.com/2013/12/kopdar-sarkub-musker-aswaja-nasional-di.html

Friday 8 November 2013

MAYAT MEMBACA AL-QUR'AN DI DALAM KUBURAN

PERPUSTAKAAN PRIBADI "MUHAMMAD THOBARY SYADZILY AL-BANTANI"
Nama kitab: Syarhu ash-Shudur bi Syarhi Hal al-Mawta wal Qubur
Karya: Imam Jalaluddin as-Suyuthi
Tebal: 312 halaman
Cetakan: Darul Fikr, Beirut – Libanon

Pada zaman Nabi saw ada mayat dari golongan waliyullah membaca Al-Qur’an di dalam kuburannya sendiri. Hal itu diterangkan di dalam kitab “Syarhu ash-Shudur bi Syarhi Hali al-Mawta wal Qubur”, karya Al-Muhaddits al-Imam Jalaluddin as-Suyuthi, halaman 170-171, cetakan “Darul Fikr”, Beirut – Libanon (lihat tulisan di foto !) dengan keterangan sebagai berikut:
Artinya:
=====
“Imam Tirmidzi telah mentakhrij hadits dan menghasankannya. Begitupula halnya dengan Imam Hakim dan Imam Baihaqi. Hadits tersebut dari Ibnu Abbas RA, beliau berkata: Sebagian sahabat Nabi saw pernah mendirikan sebuah kemah di atas kuburan. Mereka tidak menyangka bahwa tanah itu adalah kuburan. Tiba-tiba di dalam kuburan itu terdengar ada orang sedang membaca surat “Al-Mulk” hingga selesai. Kemudian, sahabat mendatangi Nabi saw dan memberitahukannya kepada beliau. Lalu beliau bersabda: Surat Al-Mulk itu adalah Munjiyah (penyelamat) dan Mani’ah (penghalang), yang dapat menyelamatkannya dari siksa kubur”.


Di dalam kitab “Ar-Ruh” Abul Qasim as-Sa'di berkata: Ini merupakan pembenaran dari Nabi saw bahwa seorang mayit juga membaca Al-Qur’an di dalam kuburnya. Sementara itu Abdullah juga pernah memberitahukannya tentang hal itu dan Rasulullah saw pun membenarkannya.


Imam Kamaluddin bin az-Zamlakani berkata di dalam kitab “Al-‘Amal al-Maqbul fi Ziyarah ar-Rasul”: Hadits ini secra jelas menunjukkan bahwa seorang mayat membaca surat Al-Mulk di dalam kuburnya. Di dalam riwayat ini disebutkan tentang pemuliaan Allah kepada sebagian wali-walinya dengan membaca surat “Al-Mulk” dan menjalankan shalat di dalam kuburnya. Karena, ketika hidupnya dulu mereka pernah berdo’a memohon kepada Allah akan hal itu. Jika Allah swt telah memuliakan para wali-Nya dengan menetapkan mereka berbuat ta’at dan beribadah di alam kubur, maka sudah barangtentu para Nabi lebih berhak untuk mendapatkan ketetapan itu.


Berkata Al-Hafizh Zainuddin Ibnu Rajab di dalam kitab “Ahwal al-Qubur”: Allah telah memuliakan sebagian penghuni alam barzakh dengan berbuat amal shaleh di dalamnya, meskipun mereka dengan hal itu tidak mendapatkan pahala, karena amalnya telah terputus oleh kematian. Namun, amalnya itu masih tetap berlaku baginya. Dengan itu, dia dapat bersenang-senang dalam berdzikir kepada Allah dan berbuat ketaatan kepada-Nya, sebagaimana yang dirasakan oleh para malaikat dan penghuni surge di surga; meskipun dengan hal itu mereka tidak mendapatkan pahala. Karena, dzikir dan ketaatan itu sendiri merupakan ketaatan yang lebih besar daripada seluruh kenikmatan dan keledzatan penghuni dunia. Betapa nikmatnya orang-orang yang telah memperoleh nikmat bisa melakukan seperti itu denga berdzikr dan taat kepada-Nya.


Abul Hasan bin al-Barra’ meriwayatkan di dalam kitab “Ar-Rawdhah”, dari Abdullah bin Muhammad bin Manshur, telah menceritakan kepada saya Ibrahim al-Haffar, dia berkata: Saya menggali kuburan . kemudian nampak batu-bata. Lalu, saya mencium bau minyak misik ketika batu-bata itu terbuka. Saat itu juga seorang Syeikh sedang duduk di dalam kuburannya sedang membaca Al-Qur’an.
Ibnu Rajab berkata: Telah menceritakan kepada saya Al-Muhaaits (Pakar Hadits) Abul Hajjaj Yusuf bin Muhammad as-Surramarri, telah menceritakan guru kami Abul Hasan Ali bin al-Husain as-Samiri, seorang khatib di Samira’, seorang muslim yang shaleh memperlihatkan suatu tempat dari beberapa kuburan yang tidak pernah sepi. Lalu dia berkata: Dari tempat ini kita masih akan terus mendengar bacaan surat Al-Mulk